1. Pendahuluan
ilmu Budaya
Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah Ilmu Budaya Dasar dikembangkan
petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang
berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities
itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya
dan halus. Dengan mempelajari th humanities diandaikan seseorang akan bisa
menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari
the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih
berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities
berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia
berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu
the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai
manusia itu sendiri.
Adapun Manusia adalah makhluk
Allah yang di anugrahi akal, fikiran, dan fisik untuk menunjang
kehidupannya sebagai seorang insan yang di tunjuk oleh Allah untuk
menjadi khalifah di bumi yang Allah Yang Maha Kuasa ciptakan. Oleh karena
manusia adalah khalifah di bumi ini sepatutnya seorang manusia haruslah
mempunyai prilaku yang sesuai dengan yang Tuhan inginkan untuk
dipercayakan menjaga keutuhan bumi yang Allah ciptakan dengan segala makhluk
hidup didalamnya untuk manusia jaga kelestariannya.Manusia yang menjadi seorang
terpilih dan tinggi derajatnya di mata Tuhan, manusia haruslah mempunyai
kepercayaan, ilmu, dan menjalankan segala apa yang di perintahkan Allah dan
menjauhi yang di larang oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang mempunyai akal dan
fikiran serta fisik manusia haruslah memanfaatkan anugrah yang di berikan oleh
Allah itu dengan sebaik – baiknya dan jangan menyalah gunakannya sebagai suatu
yang Allah benci. Manusia haruslah mempunyai budaya yang baik untuk
menjadikannya seorang manusia yang memiliki derajat tinggi di mata Allah SWT.
Maka manusia harus menjadikan budaya yang baik sebagai bagian dari
dirinya tanpa mengabaikan apa yang menjadi kewajiban sebagai makhluk yang
berketuhanan.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya
dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui
pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu
dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
- Ilmu-ilmu
Alamiah (natural scince)
Ilmu - ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100% benar dan 100% salah. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu alamiah antara lain astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran, mekanika. - Ilmu-ilmu
Sosial ( social scince )
Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100% benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia ini tidak dapat berubah dari saat ke saat. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial antara lain ilmu ekonomi, sosiologi, politik, demografi, antropologi sosial, sosiologi hukum, dan sebagainya. - Pengetahuan
Budaya ( the humanities )
Pengetahuan Budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dan lain-lain. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu Budaya Dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Adapun Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata
“manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya
dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial),
maupun kesejarahan.
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha
Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan
makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak,
berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia
meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada
kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah
menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang
mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.
Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa
meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang
sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan
fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Oleh karena fitrah manusia yang
diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah
kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui
pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan
pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Melalui sebuah pendidikan yang tepat,
manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang
dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola
pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat
ataupu dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.
Maka dari keseluruhan perkembangan itu
menjadi lengkap dan utuh dalam setiap sisinya, baik dari sisi individu, sosial,
susila, maupun religius. Keutuhan dari setiap sisi tersebut dapat menjadikan
manusia menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan
makhluk-makhluk Tuhan yang lain.
Ruang Lingkup Ilmu Budaya
Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan
yang telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua
masalah pokok itu adalah :
Berbagai aspek kehidupan yang
seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat
didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi
masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara
gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya. Hakekat
manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya
dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.
Menunjuk kedua pokok masalah yang bisa
dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati
posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian.
Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesame, dirinya sendiri,
nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi
tema sentral dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah :
1. Manusia dan cinta
kasih
2. Manusia dan Keindahan
3. Manusia dan
Penderitaan
4. Manusia dan Keadilan
5. Manusia dan Pandangan
hidup
6. Manusia dan
tanggungjawab serta pengabdian
7. Manusia dan kegelisahan
8. Manusia dan harapan
2. Teori
2.1 Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang
berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi
provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan
wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis
kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia
merupakan orang Sunda. Jika Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku Sunda
maka 17,8% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda.
Jati diri yang
mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal
memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang Portugis mencatat
dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan
pemberani. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan
diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja
pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada
abad ke-15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan
dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga
menjabat Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI.
Disamping prestasi
dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia) dan
ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu
banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki
prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.
Menurut Rouffaer
(1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata sund atau kata
suddha dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang,
berkilau, putih. Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat
kata Sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air,
tumpukan, pangkat, waspada. Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau
karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang
dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah
dijalankan oleh masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman
kerajaan Kerajaan
Salakanagara, Kerajaan
Tarumanagara,Kerajaan
Sunda-Galuh, Kerajaan Pajajaran hingga sekarang.
Nama Sunda mulai
digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibukota Kerajaan
Tarumanagara yang
didirikannya. Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada
tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama
Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan
oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam
posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima
tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua
kerajaan, yaituKerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.
2.2 Suku Padang / Minang
Minangkabau atau disingkat Minang merujuk pada entitas kultural dan
geografis yang ditandai dengan penggunaan bahasa,adat yang
menganut sistem kekerabatan matrilineal, dan identitas agama Islam. Secara
geografis, Minangkabau meliputi daratan Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang
seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk pada nama ibu kota provinsi
Sumatera Barat Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan
menyebut kelompoknya dengan sebutan urang
awak, bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.
Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada
kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang
tumbuh dan besar karena sistem monarki serta
menganut sistem adat yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur
perempuan atau matrilineal, walaupun budayanya sangat
kuat diwarnai ajaran agama Islam. Thomas Stamford
Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat
kedudukan Kerajaan Pagaruyung,
menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kelak penduduknya
tersebar luas di Kepulauan Timur.
Nama Minangkabau
berasal dari dua kata, minang dan kabau.
Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda yang dikenal di dalam tambo. Dari tambo tersebut, konon pada
suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan
melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat
mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan
menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat
menyediakan seekor anak kerbau yang lapar. Dalam pertempuran, anak kerbau yang
lapar itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu
langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau
besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai
nama Minangkabau, yang berasal dari ucapan "Manang
kabau" (artinya menang kerbau). Kisah tambo ini juga dijumpai dalam Hikayat Raja-raja
Pasai dan juga
menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama Periaman (Pariaman) menggunakan nama tersebut. Selanjutnya penggunaan nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu Nagari Minangkabau, yang terletak di Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah
Datar, Sumatera Barat.
Dalam catatan
sejarah kerajaan Majapahit, Nagarakretagama bertanggal 1365, juga telah menyebutkan
nama Minangkabau sebagai
salah satu dari negeri Melayu yang
ditaklukannya. Begitu juga dalam Tawarikh Ming tahun 1405, terdapat nama kerajaan Mi-nang-ge-bu dari enam kerajaan yang mengirimkan
utusan menghadap kepada Kaisar Yongle di Nanjing. Di
sisi lain, nama "Minang" (kerajaan Minanga) itu sendiri juga telah
disebutkan dalam Prasasti Kedukan
Bukit tahun 682 dan
berbahasa Sanskerta.
Dalam prasasti itu
dinyatakan bahwa pendiri kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang bertolak dari "Minānga" ....
Beberapa ahli yang merujuk dari sumber prasasti itu menduga, kata baris ke-4
(...minānga) dan ke-5 (tāmvan....) sebenarnya tergabung, sehingga menjadi mināngatāmvan dan diterjemahkan dengan makna sungai kembar. Sungai kembar
yang dimaksud diduga menunjuk kepada pertemuan (temu) dua sumber aliran Sungai Kampar, yaitu Sungai Kampar Kiri dan Sungai
Kampar Kanan. Namun pendapat
ini dibantah oleh Casparis, yang membuktikan bahwa "tāmvan" tidak ada
hubungannya dengan "temu", karena katatemu dan muara juga dijumpai pada prasasti-prasasti
peninggalan zaman Sriwijaya yang lainnya. Oleh
karena itu kata Minanga berdiri sendiri dan identik dengan penyebutan Minang itu sendiri.
3. Analisis Suku Sunda Dan Suku Minang
3.1
Sistem Kekerabatan Suku sunda Dan suku Minang
3.1.1 Sistem Kekerabatan Suku Sunda
1. Adat yang
diteruskan secara turun-temurun.
2. Agama Islam yang
sudah lama dianut oleh sebagian besar orang Sunda.
Akibatnya, sangat sulit untuk memisahkan mana adat dan
mana agama. Sebab kedua unsur itu terjalin erat menjadi kebudayaan orang Sunda.
Dalam perkawinan misalnya, dilakukan secara adat dan secara agama Islam. Sistem
pemilihan jodoh tidak terikat satu sama sistem tertentu, tetapi yang pasti
perkawinan di dalam keluarga batih dilarang.
Dalam memilih menantu, mereka mempunyai prinsip “Lampu nyiarjodo
kakupuna“, artinya : kalau mencari jodoh harus kepada orang yang sesuai
dalam segalanya : rupa, kekayaan dan keturunan. Oleh karena itu kedua belah
pihak akan mengadakan penyelidikan-penyelidikan secara teliti terhadap calon
menantu masing-masing. Pembicaraan kedua orang tua (calon besan) disebut neundeun
omong.3 hari sebelum pernikahan, calon mempelai laki-laki harus sudah
diserahkan kepada pihak si gadis lewat upacara seserahan.
Dalam perkawinan adat Sunda ada upacara nyawer dan buka pintu yang sangat
menarik. Semua orang gembira, dan mengikuti dengan penuh perhatian terhadap
dialog yang dilakukan dengan bahasa puisi dan lagu.
Bentuk keluarga yang terpenting di tanah Sunda ialah
keluarga batih (nuclear family) yang terdiri dari : suami, isteri dan
anak-anak. Keluarga batih merupakan tempat yang paling aman bagi anggotanya di
tengah-tengah hubungan kerabatnya yang lebih besar dan di tengah-tengah
masyarakat. Kehidupan keluarga batih di desa-desa masih relatif kompak.
Pekerjaan di sawah sering dikerjakan secara gotong-royong.
Di luar keluarga batih, masih ada kerabat lain seperti : ipar, kemenakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. Kelompok ini disebut golongan atau Kindred.
Mereka sering diundang pada waktu punya hajad.
Di samping itu, ada pula kelompok yang disebut ambilenial,
karena mencakup kerabat sekitar keluarga batih seorang Ego tetapi
diorientasikan ke arah nenek moyang yang jauh ke masa lampau. Kelompok ini
disebut bondoroyot.
Dilihat dari prinsip garis keturunan, sistem kekerabatan di Pasundan adalah
bersifat bilateral (garis ayah dan ibu). Sistem istilah kekerabatannya
menunjukkan ciri-ciri bilateral dan generasional.
3.1.2 Sistem Kekerabatan Suku Minang
Masyarakat Minangkabau menganut garis
keturunan matrilineal (garis keturunan ibu). Keturunan keluarga dalam
masyarakat Minangkabau terdiri atau tiga macam kesatuan kekerabatan yaitu :
paruik, kampuang dan suku. Kepentingan suatu keluarga diurus oleh laki-laki
dewasa dari keluarga tersebut yang bertindak sebagai niniek mamak. Jodoh harus
dipilih dari luar suku (eksogami).
Dalam prosesi
perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut baralek, mempunyai beberapa tahapan
yang umum dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang), manjapuik marapulai
(menjemput pengantin pria), sampai basandiang (bersanding di pelaminan).
Setelah maminang dan muncul kesepakatan manantuan hari (menentukan hari
pernikahan), maka kemudian dilanjutkan dengan pernikahan secara Islam yang biasa
dilakukan di Mesjid, sebelum kedua pengantin bersanding di pelaminan. Pada
nagari tertentu setelah ijab kabul di depan penghulu atau tuan kadi, mempelai
pria akan diberikan gelar baru sebagai panggilan penganti nama kecilnya.
Kemudian masyarakat sekitar akan memanggilnya dengan gelar baru tersebut. Gelar
panggilan tersebut biasanya bermulai dari sutan, bagindo atau sidi di kawasan
pesisir pantai. Sedangkan di kawasan luhak limo puluah, pemberian gelar ini
tidak berlaku. Dalam adat diharapkan adanya perkawinan dengan anak perempuan
mamaknya. Perkawinan tidak mengenal mas kawin, tetapi mengenal uang jemputan
yaitu pemberian sejumlah uang dan barang kepada keluarga mempelai laki-laki.
Sesudah upacara perkawinan mempelai tinggal di rumah istrinya (matrilokal).
3.2 Sifat
Suku Sunda dan Suku Minang
3.2.1 Sifat Suku Sunda
Orang Sunda terkenal dengan sifatnya
yang ramah dan periang. Para wanita Sunda biasanya memiliki paras yang cantik
dengan nada bicara yang membuat orang jatuh hati. Sedangkan para pria Sunda
merupakan orang yang suka mengeluarkan humor yang dapat membuat suasana lebih
cair.
Jika Anda sedang
menjalin kasih dengan orang Sunda, belajarlah untuk lebih asyik, pandai
basa-basi, senang mengobrol, ramah, dan suka bercanda. Hal tersebut juga
berlaku ketika Anda ingin dekat dengan keluarganya.
3.2.1 Sifat Suku Minang
Banyak yang mengatakan bahwa kebanyakan orang Minang itu pelit. Nyatanya
tidak demikian. Orang Minang adalah mereka yang pandai mengelola keuangan dan
tidak boros. Selain itu, orang Minang terkenal gigih dan pantang menyerah.
Terbukti dari banyaknya pemuda Minang yang memutuskan untuk merantau agar
mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Jika Anda lelaki yang
sedang mendekati wanita Minang, buktikan pada keluarganya bahwa Anda adalah
lelaki relijius yang tidak pantang menyerah untuk mendapatkan hati anak
wanitanya. Namun jika Anda wanita yang sedang mendekati pria Minang, pastikan
Anda bukanlah wanita yang boros.
3.3 Pola Asuh Suku
Sunda dan Suku Minang
Pola asuh keluarga berpengaruh untuk
membentuk anak nantinya, hal ini juga yang membedakan anak dari turunan minang
dan anak dari turunan sunda. Anak dari turunan sunda cenderung tidak percaya
diri, karena dia sedari kecil bahkan ketika ia dewasa pun masih bergantung pada
orang tua. Berbeda dengan anak dari turunan minangkabau yang cenderung berani,
karena ia di didik untuk mandiri dengan tradisi merantaunya.
Ada beberapa alasan dibalik tradisi
merantau. Lingkungan minangkabau yang kurang dengan sumber daya alamnya menjadi
salah satu alasan masyarakat minangkabau untuk pergi merantau, berbeda dengan
lingkungan tatar sunda yang sumber daya alamnya melimpah, maka masyarakat sunda
sedikit yang pergi merantau ke daerah-daerah lain
DAFTAR PUSTAKA
Widoyo Nugroho,1996. Ilmu Budaya Dasar; Gunadarma, Jakarta.
Muhamad Kadir SH,1990. Ilmu Budaya Dasar; Fajar Agung, Jakarta,
Ensiklopedia Sunda. 2000. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suryani NS, Elis . Ragam Pesona Budaya Sunda. Ghalia
Indonesia.
Rosidi, Ayip. Revitalisasi dan Aplikasi Nilai-nilai Budaya
Sunda dalam Pembangunan Daerah.
De Jong, P.E de Josselin 1960. Minangkabau
and Negeri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia. Jakarta:
Bhartara.
Batuah, A. Dt.; Madjoindo, A. Dt. 1959. Tambo Minangkabau dan Adatnya. Jakarta: Balai Pustaka.
Navis, A.A. 1984. Alam
Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti
Pers.
Kato, Tsuyoshi. 2006. Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif
Sejarah. Balai Pustaka, Jakarta.