Gambaran umum manajemen
1. Manajemen Sekolah
Menurut
Nasuha Pengertian Manajemen Sekolah Dalam konteks pendidikan, memang masih
ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di
satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga
dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula
yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi
pendidikan.
Dalam
studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua
istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama. Selanjutnya, di bawah ini
akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan
oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip
oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa :
“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan
melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning),
mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan
(controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang
berkesinambungan”. Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani
Handoko (1995) mengemukakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Secara khusus dalam konteks
pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan
dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai
“keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan
materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992)
mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau
keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai
tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu
terutama berupa lembaga pendidikan formal”. Meski ditemukan pengertian
manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus
tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang
pengertian manajemen pendidikan, bahwa : Manajemen pendidikan merupakan suatu
kegiatan; Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan Manajemen
pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Manajemen
sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana
mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh
individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal
sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat
menjadi maksimal.
MSDM
didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia - bukan mesin -
dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis.[rujukan?] Kajian MSDM
menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi.
3.
Manajemen Keuangan
Manajemen
keuangan atau pembiayaan merupakan serangkaian kegiatan perencanaan,
melaksanakan dan mengefaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam manajemen
penidikan, masalah dana merupakan potensi yang sangat menentukan dan tidak bisa
dipisahkan dari kajian manajemen pendidikan. Adapun biaya adalah keseluruhan
dana baik secara langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari berbagai
sumber.
4. Manajemen Hubungan Msayarakat (Humas)
Yang ini
menurut Nasuha berfungsi sebagai pencitraan sekolah atau lembaga pendidikan.
Humas itu sendiri merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan
menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan kebijakan dan prosedur instansi
atau organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan dari massyarakat
5. Manajemen Keuangan
Manajemen
Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,
pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh
organisasi atau perusahaan.
Penjelasan Singkat Masing-Masing Fungsi Manajemen Keuangan :
Penjelasan Singkat Masing-Masing Fungsi Manajemen Keuangan :
1.
Perencanaan
Keuangan
Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
2.
Penganggaran Keuangan
Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
3.
Pengelolaan
Keuangan
Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
4.
Pencarian
Keuangan
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.
5.
Penyimpanan Keuangan
Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman.
Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman.
6.
Pengendalian
Keuangan
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan.
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan.
7.
Pemeriksaan
Keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.
B. Tugas
Pokok Manejemen Keuagan
Tugas-tugas dasar yang diemban oleh seorang menejer keuangan secara umum adalah :
Tugas-tugas dasar yang diemban oleh seorang menejer keuangan secara umum adalah :
1.
Mendapatkan
Dana Perusahaan
2.
Menggunakan
Dana Perusahaan
3.
Membagi
Keuntugan / Laba Perusahaan
C. Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan dengan adanya manajer keuangan untuk mengeloka dana perusahaan pada suatu perusahaan secara umum adalah untuk memaksimalisasi nilai perusahaan. Dengan demikian apabila suatu saat perusahaan dijual maka harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin.
6. Manajemen pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan olehperusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu
dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan
tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan
harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika
menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang
lebih baik terhadap perusahaan (Dharmmesta & Handoko, 1982).
Secara
definisi, Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan
menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai
tujuan perusahaan (Kotler, 1980).
Perusahaan
yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk
mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang
terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut "Konsep
Pemasaran".
Konsep pemasaran
Sebagai
falsafah bisnis,
konsep pemasaran bertujuan
memberikan kepuasan terhadap keinginan dan berorientasi kepada kebutuhan konsumen.
Hal ini secara asasi berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu
yang berorientasi pada produk, dan penjualan. Secara definitif dapatlah
dikatakan bahwa: Konsep Pemasaran adalah
sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan (Stanton,
1978).
Tiga
unsur konsep pemasaran:
- Orientasi pada Konsumen
- Penyusunan kegiatan
pemasaran secara integral
- Kepuasan Konsumen
7. Manajemen
Personalia
Manajemen
personalia adalah : "Suatu ilmu seni untuk melaksanakan antara lain
planning, controlling, sehingga efektivitas dan efesiensi personalia dapat di tingkatkan
semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan.
Menurut
Drs. Suwarsono ME :Pentingnya pengadaan tenaga kerja mengandung implikasi pokok
sbb :
- Memerlukan informasi secara
reguler
- Menganalisa permintaan dan
penawaran tenaga kerja masa dini dan masa yang akan datang serta mencari
keseimbangan yang timbul
- Menggunakan hasil analisa
untuk menyususn kebijakan di bidang ketenaga kerjaan
- Menyangjut pengembangan dan
pemanfaatan SDM tingkat nasional, sektoral, wilayah dan menurut jenis
jabatan
- Melakukan monotoring
terus-menerus terhadap kebijakan yang di lakukan
- Mengintegrasikan pengadaan
tenaga kerja terhadap kebijakan pembangunan.
Adapun
fungsi pengadaan tenaga kerja terutama adalah :Membantu pimpinan untuk
memberi inpormasi yang lengkap baik saran nasihat-nasihat yang berkaitan dengan
bidang ketenaga kerjaan.
Hal-hal
yang di bahas di dalam ketenaga kerja:
- langkah-langkah perencanaan
- peramalan dan audit SDM
- analisis jabatan
- reguitment (penarikan)
8. Manajemen Produksi
a Menurut
Reksohadiprodjo, dan Soedarmo (1999 : 2) manajemen produksi adalah usaha
pengelolaan secara optimal terhadap faktor-faktor produksi (resources) yang
terbatas adanya untuk mendapatkan hasil tertentu dengan menggunakan
prinsip-prinsip ekonomi yaitu dengan pengorbanan tertentu untuk mendapatkan
hasil yang sebanyak-banyaknya atau dengan tingkat hasil tertentu diusahakan dengan pengorbanan yang
sekccil-kccilnya.
b. Menurut
Handoko (2000 : 3) manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha
pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (atau sering
disebut faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan
mentah dan sebagainya, dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja
menjadi berbagai produk dan jasa.
c. Menurut
Assauri (1999 : 17) manajemen produksi dan operasi merupakan proses pencapaian
dan pengutilisasian sumber daya-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan
barang-barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan
dan sasaran organisasi.
d. Menurut
Hatta (2000 : 9) produksi adalah segala pekerjaan yang menimbulkan guna,
memperbesar guna yang ada dan membagikan guna itu di antara orang banyak.
h. Menurut
Harsono (2000 : 9) produksi adalah setiap usaha manusia/ kegiatan yang membawa
benda ke dalam suatu keadaan sehingga dapat dipergunakan untuk kebutuhan
manusia dengan lebih baik.
i. Menurut
Hadiprodjo dan Soedarmo (1999 : 1) produksi adalah merupakan penciptaan atau
penambah faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga
lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Kesimpulan
: Dari uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa manajemen produksi merupakan
proses pencapaian dan pengutilisasian sumber daya yang ada guna memproduksi
atau menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasi.
Dengan
demikian. pengertian produksi secara luas adalah usaha atau kegiatan yang
dilakukan yang dapat menimbulkan kegunaan dari suatu barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan orang banyak.
9.
Manajemen Administrasi
Selama
ini administrasi hanya dipandang sebagai kegiatan tulis menulis belaka.
Pandangan orang demikian ini tentu bukan tidak beralasan. Secara phisik
kegiatan admninistasi memang banyak didominasi dalam kegiatan tulis menulis,
baik menggunakan tangan, alat tulis, mesin ketik atau komputer. padahal banyak
teori yang mengatakan kegiatan administrasi lebih dari pada itu. Bahkan ada
yang lebih keterlaluan lagi bahwa administrasi hanya dipandang sebagai kegiatan
pendukung saja dalam melengkapai kegiatan yang ada di lapangan
Tidak semuanya pandangan demikian itu benar. Kegiatan administrasi atau tulis-menulis atau lebih dikenal dengan ketata usahaan di sebuah lembaga mempunyai out put yang sangat penting, terkait di berbagai bidang, baik hukum, sosial maupun ekonomi dan lain-lain, sehingga tidak bisa dipandang kurang penting fungsinya. Lebih-lebih produk administrasi yang berupa dokumen seperti Ijazah, Sertifikat dansurat-surat penting lainnya akan mempunyai nilai tinggi sekali di mata hukum, jika akurasi isinya dijamin benar.
Oleh karena itu keakuratan data administrasi menunutut kejujuran dan kedisiplinan baik pelaksana maupun pengelolanya, karena produk administrasi yang demikian ini biasanya digunakan untuk memperkuat bukti-bukti hukum. Dalam bidang pendidikan, kebutuhan informasi mulai tentang data lembaga, sarana kurikulum sampai dengan data asal dan kondisi ekonomi siswa, banyak ditanyakan baik oleh perorangan maupun lembaga-lembaga pemerintah dan swasta.
Dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat umum, tentu hal ini menjadi tantangan bagipara pemikir administrasi pendidikan untuk menciptakan format data administrasi pendidikan dan sistem pengelolaan data administrasi kependidikan yang mampu mengakomodir berbagai keperluan. Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat ini, sudah barang tentu format administrasi pendidikan harus kapable terhadap teknologi informasi saat ini.
Bertolak dari pemikiran tersebut diatas, ditambah adanya kemajuan teknologi dan informasi yang bisa dimanfaatkan untuk mendukunya saat ini, kiranya perlu adanya sebuah pembakuan format administrasi pendidikan bagi satuan-satuan pendidikan di Indonesia. Format administrasi pendidikan yang dimaksudkan adalah mudah pengelolaannya, mudah pemahamannya dan bisa ditangani oleh tenagatenaga yang pas-pasan pengetahuan Teknik Informasinya (TI). Padahal sementara ini banyak institusi baik dari pemerintah maupun non pemerintah yang membutuhkan data pendidikan pada suatu lembaga pendidikan dengan berbagai macam format administrasi, sesuai kepentingan mereka.Oleh karena itu dalam lingkup masalah ini, penulis hanya membatasi dalam membahas:
1. Format baku data administarsi kependidikan dan sistem pengelolaan data administrasi kependidikan
2. Pelayanan informasi data administasi kependidikan.
Tidak semuanya pandangan demikian itu benar. Kegiatan administrasi atau tulis-menulis atau lebih dikenal dengan ketata usahaan di sebuah lembaga mempunyai out put yang sangat penting, terkait di berbagai bidang, baik hukum, sosial maupun ekonomi dan lain-lain, sehingga tidak bisa dipandang kurang penting fungsinya. Lebih-lebih produk administrasi yang berupa dokumen seperti Ijazah, Sertifikat dansurat-surat penting lainnya akan mempunyai nilai tinggi sekali di mata hukum, jika akurasi isinya dijamin benar.
Oleh karena itu keakuratan data administrasi menunutut kejujuran dan kedisiplinan baik pelaksana maupun pengelolanya, karena produk administrasi yang demikian ini biasanya digunakan untuk memperkuat bukti-bukti hukum. Dalam bidang pendidikan, kebutuhan informasi mulai tentang data lembaga, sarana kurikulum sampai dengan data asal dan kondisi ekonomi siswa, banyak ditanyakan baik oleh perorangan maupun lembaga-lembaga pemerintah dan swasta.
Dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat umum, tentu hal ini menjadi tantangan bagipara pemikir administrasi pendidikan untuk menciptakan format data administrasi pendidikan dan sistem pengelolaan data administrasi kependidikan yang mampu mengakomodir berbagai keperluan. Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat ini, sudah barang tentu format administrasi pendidikan harus kapable terhadap teknologi informasi saat ini.
Bertolak dari pemikiran tersebut diatas, ditambah adanya kemajuan teknologi dan informasi yang bisa dimanfaatkan untuk mendukunya saat ini, kiranya perlu adanya sebuah pembakuan format administrasi pendidikan bagi satuan-satuan pendidikan di Indonesia. Format administrasi pendidikan yang dimaksudkan adalah mudah pengelolaannya, mudah pemahamannya dan bisa ditangani oleh tenagatenaga yang pas-pasan pengetahuan Teknik Informasinya (TI). Padahal sementara ini banyak institusi baik dari pemerintah maupun non pemerintah yang membutuhkan data pendidikan pada suatu lembaga pendidikan dengan berbagai macam format administrasi, sesuai kepentingan mereka.Oleh karena itu dalam lingkup masalah ini, penulis hanya membatasi dalam membahas:
1. Format baku data administarsi kependidikan dan sistem pengelolaan data administrasi kependidikan
2. Pelayanan informasi data administasi kependidikan.
10.
manajemen tradisional atau konvensional
Manajemen
konvensional adalah suatu manajemen yang dimiliki para pekerja yang dari
merupakan warisan dari nenek moyang yang disebarkan melalui mulut ke mulut dan
selalu di wariskan kepada generasi selanjutnya,dan berkembang karena
gagasan-gagasan yang pernah ada.Lalu
dalam suatu manajemen konvensional tidak pernah di temukan suatu prinsip.oleh
karna itu manajemen konvensional sering di sebut pengetahuan yang tradisional.
11.
Manajemen Proyek Konstruksi
Proyek
konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya dilakukan satu
kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu yang pendek. Didalam
rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut, biasanya terdapat suatu proses
yang berfungsi untuk mengolah sumber daya proyek sehingga dapat menjadi suatu
hasil kegiatan yang menghasilkan sebuah bangunan. Adapun proses yang terjadi
dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya akan melibatkan pihak-pihak yang terkait
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan terlibatnya banyak pihak
dalam sebuah proyek konstruksi maka hal ini dapat menyebabkan potensi
terjadinya konflik juga sangat besar sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa proyek konstruksi sebenarnya mengandung konflik yang cukup tinggi juga.
Manajemen
Konstruksi pada umumnya akan meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu.
manajemen material serta manjemen tenaga kerja. Pada prinsipnya, dalam
manajemen konstruksi, manajemen tenaga kerja merupakan salah satu hal yang akan
lebih ditekankan. Hal ini disebabkan manajemen perencanaan hanya berperan
sekitar 20% dari rencana kerja proyek. Sisanya manajemen pelaksanaan termasuk
didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek.
Adapun
fungsi dari manajemen konstruksi yaitu :
·
Sebagai
Quality Control sehingga dapat menjaga kesesuaian antara perencanaan dan
pelaksanaan
·
Mengantisipasi
terjadinya perubahan kondisi di lapangan yang tidak pasti serta mengatasi
kendala terjadinya keterbatasan waktu pelaksanaan
·
Memantau
prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai. Hal itu dilakukan dengan
opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
·
Hasil
evaluasi dapat dijadikan tindakan dalam pengambilan keputusan terhadap
masalah-masalah yang terjadi di lapangan
·
Fungsi
manajerial dari manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang baik yang
dapat digunakan untuk menganalisis performa dilapangan
12.
Manajemen Aset
dalam
benak kebanyakan orang atau mungkin ketika anda melakukan searching di Google
menggunakan kata kuci Asset Management maka sebagian besar informasi yang akan
anda dapatkan adalah segala sesuatu yang berhubungandengan Portfolio,
Investasi, Finance atau keuangan, namun Asset Management yang dimaksud dalam
tulisan ini adalah Manajemen Aset secara fisik atau Physical Asset
Management. Hal ini di Indonesia memang
belum banyak di implementasikan secara
total, baik ditingkat korporasi maupun
sektor pemerintahan. Ketidak tahuan atau ketidak pedulian sebagian besar
Manajemen perusahaan akan pentingnya pengelolaan aset secara terintegrasi,
barangkali juga dipicu oleh minimnya informasi serta literatur yang mengupas
masalah ini. Bahkan sepengetahuan kami di Indonesia belum banyak Institusi Pendidikan yang
memiliki sylabus serta membahas masalah “Asset Management” ini secara
mendalam.
Banyak
perusahaan masih menganggap Manajemen Aset secara Fisik adalah sama seperti
yang dikemukakan diawal, hanyalah sekedar instrumen pengelolaan daftar aset.
Anggapan yang kurang tepat lainnya adalah bahwa pengelolaan fisik aset
sepenuhnya sudah diserahkan kepada
Departemen Pemeliharaan (Maintenance), padahal baik daftar aset maupun pengelolaan
aset fisik oleh Maintenance Department hanyalah bagian kecil dari Physical
Asset Management.
Realita
di lapangan menunjukan banyak kasus yang sebenarnya dimulai dari salah kelola
dan salah urus masalah aset, sehingga berdampak kerugian yang tidak sedikit.
Sebagai contoh optimalisasi sumber daya tidak bisa dilakukan secara maksimal
karena tidak teridentifikasi dengan jelas, sehingga sulit untuk mengetahui
apakah suatu alat produksi sudah saatnya untuk
diganti atau masih layak untuk di maintain.Pertanyaan berikutnya kalau
harus di maintain kapan waktu yang tepat untuk melakukan hal tersebut, dan
kalau harus diganti apakah dengan jenis alat
yang sama atau ada alternatif lain yang lebih baik. Keputusan akan
pilihan-pilihan tersebut hanya bisa terjawab dengan tepat bila kita memiliki
informasi/data yang jelas tentang aset tersebut.
Manajemen
resiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan aset, lihatlah bagaimana sulitnya pemerintah
menghitung jumlah kerugian yang diderita akibat bencana di suatu daerah, atau
sebuah perusahaan yang kesulitan ketika harus menaksir kerugian akibat
Pabriknya kebakaran. Ini tidak akan terjadi jika kita memiliki database
manajemen aset yang selalu ter updated setiap saat.
Dengan
demikian kebijakan tentang Manajemen Aset secara strategis harus melibatkan
semua level Manajemen dan di implementasikan secara komprehensif di semua
departemen teknis operasional maupun pelayanan, termasuk departemen pendukung,
untuk lebih jelas tentang hal tersebut
bisa dilihat di artikel selanjutnya.
Berangkat
dari hal-hal tersebut di atas serta pengalaman yang dihadapi oleh kami sendiri
pada saat mengelola aset perusahaan memacu kami untuk berbagi informasi seputar
pengelolaan aset ini, terutama yang erat kaitannya dengan masalah pengelolaan
aset-aset fisik atau “Physical Asset Management”. lebih utama lagi adalah untuk
aset-aset di lingkungan Industri Pengelolaan Air Bersih.
Beberapa
artikel yang ada di sini merupakan
gambaran dari aktivitas yang kami
lakukan ketika mengelola aset, dan sebagian lainnya merupakan artikel-artikel /
jurnal yang diambil dari berbagai sumber atau referensi, dan sebagian artikel
yang kami dapat sengaja tidak kami alih
bahasakan kedalam bahasa Indonesia, dengan demikian orisinalitasnya akan tetap
terjaga.
13.
Manajemen Lalu Lintas
Manajemen
lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan, dan
pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan,
keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain
dengan :
·
usaha
peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan/atau jaringan jalan;
·
pemberian
prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu;
·
penyesuaian
antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan tertentu dengan
mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda;
·
penetapan
sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.
Kegiatan
perencanaan lalu lintas
Kegiatan
perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan.
Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap
ruas jalan dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini
adalah merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu
lintas dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan. penetapan
tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam menentukan tingkat pelayanan yang
diinginkan dilakukan antara lain dengan memperhatikan : rencana umum jaringan
transportasi jalan; peranan, kapasitas, dan karakteristik jalan, kelas jalan,
karakteristik lalu lintas, aspek lingkungan, aspek sosial dan ekonomi.penetapan
pemecahan permasalahan lalu lintas, penyusunan rencana dan program pelaksanaan
perwujudannya. Maksud rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara
lain meliputi: penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas
jalan dan persimpangan, usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan ditetapkan
pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan pengadaan dan pemasangan serta
pemeliharaan rambu rambu lalu lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu
lintas, dan alat pengendali dan pengaman pemakai jalan; usulan kegiatan atau tindakan
baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada masyarakat.
Kegiatan
pengaturan lalu lintas meliputi
Kegiatan
penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan
tertentu. termasuk dalam pengertian penetapan kebijaksanaan lalu lintas dalam
ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan
maksimum dan/atau minimum, larangan penggunaan jalan, larangan dan/atau
perintah bagi pemakai jalan
Kegiatan
pengawasan lalu lintas meliputi
pemantauan
dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Kegiatan
pemantauan dan penilaian dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dari
kebijaksanaan-kebijaksanaaan tersebut untuk mendukung pencapaian tingkat
pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk dalam kegiatan pemanatauan antara
lain meliputi inventarisasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu lintas
yang berlaku pada ruas jalan, jumlah pelanggaran dan tindakan-tindakan koreksi
yang telah dilakukan atas pelanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan
penilaian antara lain meliputi penentuan kriteria penilaian, analisis tingkat
pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan perbaikan.
tindakan
korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Tindakan korektif
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang telah
ditentukan. Termasuk dalam tindakan korektif adalah peninjauan ulang terhadap
kebijaksanaan apabila di dalam pelaksanaannya menimbulkan masalah yang tidak
diinginkan.
Kegiatan
pengendalian lalu lintas meliputi
pemberian
arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Pemberian
arahan dan petunjuk dalam ketentuan ini berupa penetapan atau pemberian pedoman
dan tata cara untuk keperluan pelaksanaan manajemen lalu lintas, dengan maksud
agar diperoleh keseragaman dalam pelaksanaannya serta dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang telah
ditetapkan.
pemberian
bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban
masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
14.
Manajemen investasi
Manajemen
investasi adalah manajemen profesional yang mengelola beragam sekuritas atau
surat berharga seperti saham, obligasi dan aset lainnya seperti properti dengan
tujuan untuk mencapai target investasi yang menguntungkan bagi investor.
Investor tersebut dapat berupa institusi ( perusahaan asuransi, dana pensiun,
perusahaan dll) ataupun dapat juga merupakan investor perorangan, dimana sarana
yang digunakan biasanya berupa kontrak investasi atau yang umumnya digunakan
adalah berupa kontrak investasi kolektif (KIK) seperti reksadana.
Lingkup
jasa pelayanan manajemen investasi adalah termasuk melakukan analisis keuangan,
pemilihan aset, pemilihan saham, implementasi perencanaan serta melakukan
pemantauan terhadap investasi.
Diluar
industri keuangan, terminologi "manajemen investasi merujuk pada investasi
lainnya selain daripada investasi dibidang keuangan seperti misalnya proyek,
merek, paten dan banyak lainnya selain daripada saham dan obligasi.
Manajemen
investasi merupakan suatu industri global yang sangat besar serta memegang
peran penting dalam pengelolaan triliunan dollar, euro, pound dan yen.
Manajemen
Pengetahuan (Bahasa Inggris: Knowledge Management) adalah kumpulan perangkat,
teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi,
meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian dan
pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam
seorang individu atau yang melekat di dalam proses dan aplikasi nyata suatu
organisasi. Fokus dari MP adalah untuk menemukan cara-cara baru untuk
menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya
menjadi pengetahuan.
Cut
Zurnali (2008) mengemukakan istilah knowledge management pertama sekali
digunakan oleh Wiig pada tahun 1986, saat menulis buku pertamanya mengenai
topik Knowledge Management Foundations yang dipublikasikan pada tahun 1993.
Akhir-akhir ini, konsep knowledge management mendapat perhatian yang luas. Hal
ini menyatakan secara tidak langsung proses pentransformasian informasi dan
intellectual assets ke dalam enduring value. Knowledge management merupakan
kekhususan organisasi (organization-specific), ketika perhatian dasarnya adalah
ekploitasi dan pengembangan organizational knowledge assets kepada
tujuan-tujuan organisasi selanjutnya. Knowledge management bukan merupakan
sesuatu yang lebih baik (better things), tapi untuk mengetahui bagaimana
mengerjakan sesuatu dengan lebih baik (things better).
Kegiatan
manajemen pengetahuan (MP) ini biasanya dikaitkan dengan tujuan organisasi
semisal untuk mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama,
peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih
tinggi. Pada umumnya, motivasi organisasi untuk menerapkan MP antara lain:
·
Membuat
pengetahuan terkait pengembangan produk dan jasa menjadi tersedia dalam bentuk
eksplisit
·
Mencapai
siklus pengembangan produk baru yang lebih cepat
·
Memfasilitasi
dan mengelola inovasi dan pembelajaran organisasi
·
Mendaya-ungkit
keahlian orang-orang di seluruh penjuru organisasi
·
Meningkatkan
keterhubungan jejaring antara pribadi internal dan juga eksternal
·
Mengelola
lingkungan bisnis dan memungkinkan para karyawan untuk mendapatkan pengertian
dan gagasan yang relevan terkait pekerjaan mereka
·
Mengelola
modal intelektual dan aset intelektual di tempat kerja
Pengetahuan
bukanlah sekadar informasi. Pengetahuan bersarang bukan di wadah tempat
disimpannya informasi (semisal basis data), melainkan berada di pengguna
informasi bersangkutan. Terdapat beberapa hal yang membedakan antara
pengetahuan, informasi, dan data. Memahami beda antara ketiganya sangatlah
penting dalam memahami MP.
Transfer
pengetahuan (salah satu aspek dari manajemen pengetahuan) dalam berbagai
bentuk, telah sejak lama dilakukan. Contohnya adalah melalui diskusi sepadan
dalam kerja, magang, perpustakaan perusahaan, pelatihan profesional, dan
program mentoring. Walaupun demikian sejak akhir abad ke-20, teknologi tambahan
telah diterapkan untuk melakukan tugas ini, seperti basis pengetahuan, sistem
pakar, dan repositori pengetahuan.
15.
Manajemen strategis
Manajemen
strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian
keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan
mencapai sasarannya.[1] Sesuai definisinya, manajemen strategis berfokus pada
proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan
untuk mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan
kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis
mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu
bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Ada tiga tahapan dalam manajemen
strategis, yaitu perumusan strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi
strategi.
[1].
Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya
disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif
organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk
perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.
Manajemen
strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen strategis
adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber
daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi
tujuan strategis. Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi
dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah
proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi
merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi. Bahkan
mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang
terus harus dimodifikasi. Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia,
dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.
Beberapa
pakar dalam ilmu manajemen mendefinisikan manajemen strategis dengan cara yang
berbeda-beda. Ketchen (2009) mendefinisikan manajemen strategis sebagai
analisis, keputusan, dan aksi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif.
[2]
Definisi ini menggambarkan dua elemen utama manajemen strategis. Pertama,
manajemen strategis dalam sebuah perusahaan berkaitan dengan proses yang
berjalan (ongoing processes): analisis, keputusan, dan tindakan. Manajemen
strategis berkaitan dengan bagaimana manajemen menganalisis sasaran strategis
(visi, misi, tujuan) serta kondisi internal dan eksternal yang dihadapi
perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus menciptakan keputusan strategis.
Keputusan ini harus mampu menjawab dua pertanyaan utama: (1) industri apa yang digeluti perusahaan dan
(2) bagaimana perusahaan harus bersaing di industri tersebut. Terakhir,
tindakan diambil untuk menjalankan keputusan tersebut. Tindakan yang perlu
dilakukan akan mendorong manajer untuk mengalokasikan sumber daya dan merancang
organisasi untuk mengubah rencana menjadi kenyataan.
Elemen
kedua, manajemen strategis adalah studi tentang mengapa sebuah perusahaan mampu
mengalahkan perusahaan lainnya. Manajer perlu menentukan bagaimana perusahaan
bisa menciptakan keunggulan kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga,
tetapi juga sulit ditiru atau dicari subtitusinya sehingga mampu bertahan lama.
Keunggulan kompetitif yang mampu bertahan lama biasanya didapatkan dengan
melakukan aktivitas berbeda dengan apa yang dilakukan pesaing, atau melakukan
aktivitas yang sama dengan cara yang berbeda.
16.
Manajeman konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat
situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu
dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan
kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan
orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan
menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt,
dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup
organisasi) adalah: Conflict
is a situation which two or more people disagree
over issues of organisational substance and/or experience some emotional
antagonism with one another.
yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah
suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu
permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya
perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Menurut Stoner Konflik organisasi adalah mencakup
ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal
tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi, 2006:17)
Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak
yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan
(Pickering, 2001).
Ciri-Ciri Konflik :
Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah
:
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara
perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling
bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak
secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan
ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh
gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi,
dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti:
status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik:
sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu:
mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa
aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan
sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha
masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat,
golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.
17.
Manajemen Operasi dan Produksi
(Managementdaily - Quality) - Dalam melaksanakan
produksi suatu perusahaan, diperlukan suatu manajemen yang berguna untuk
menerapkan keputusan – keputusan dalam upaya pengaturan dan pengkoordinasian
penggunaan sumber daya dari kegiatan produksi yang dikenal sebagai manajemen
produksi atau manajemen operasional. Berikut ini adalah definisi manajemen
operasi dan produksi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain :
Jay Heizer dan Barry Render: manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan
yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input
menjadi output.
Pangestu Subagyo:
manajemen operasi adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur
kegiatan produksi atau operasi agar dapat dilakukan secara efisien.
Eddy Herjanto: manajemen operasi dan produksi dapat
diartikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan efektif menggunakan
fungsi – fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara
efisien dalam rangka mencapai tujuan.
Dari definisi – definisi yang telah dikemukakan
diatas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Operasi dan Produksi merupakan
serangkaian proses dalam menciptakan barang dan jasa atau kegiatan mengubah
bentuk dengan menciptakan atau menambah manfaat suatu barang dan jasa yang akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Secara History kegiatan operasi sudah dikenal
beribu-ribu tahun yang lalu, sejak manusia mengenal cara berburu, membuat suatu
benda, dan lain-lain. Pengetahuan atau
cara tersebut berkembang terus dengan ditemukan prinsip serta metode baru, dan
akhirnya terbentuk menjadi suatu ilmu sendiri, dilengkapi dengan masuknya
unsur-unsur ilmu pengetahuan yang lain.
Perkembangan manajemen operasi lebih terasa sejak
meletusnya Revolusi Industri pada abad ke-18. Pada saat itu, pola kerajinan tangan
mulai tergeser, dan sistem pabrik mulai berkembang. Dilengkapi dengan penemuan
teknologi yang semakin lama semakin canggih, selain fasilitas produksi menjadi
lebih modern, penanganannya juga menjadi lebih kompleks.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan
perekonomian, konsep manajemen operasi menjadi semakin berkembang dan semakin
terasa peranannya dalam pengembangan perusahaan agar semakin efisien dan
efektif sehingga memiliki daya saing yang kuat.
Perkembangan manajemen operasi sampai dalam bentuknya
sekarang ini didasarkan atas penemuan dari para ahli.
Hal ini dapat dilihat dari adanya aliran utama yang
menyumbang terhadap perkembangan bidang manajemen operasi, yaitu:
1. Pembagian Kerja
Menurut Adam Smith, spesialisasi tenaga kerja akan
meningkatkan keluaran karena tiga faktor, yaitu:
• Peningkatan
keterampilan karyawan;
• Penghematan
waktu kerja yang hilang karena perubahan pekerjaan;
• Penemuan
peralatan-peralatan dan mesin.
2. Revolusi Industri
Merupakan penggantian tenaga manusia dengan tenaga
mesin, dan James Watt adalah orang yang memberikan sumbangan terbesar dalam
Revolusi Industri dengan penemuan mesin uapnya sebagai cumber utama tenaga
mesin mobil untuk pertanian dan pabrik.
3. Manajemen Ilmiah
Dikembangkan oleh Frederick W. Taylor dengan
pengertian bahwa manajemen ilmiah merupakan:
• Penerapan
metode-metode ilmiah pada studi, analisis, dan pemecahan masalah-masalah
operasi;
• Seperangkat
mekanisme-mekanisme dan teknik-teknik untuk meningkatkan efisiensi operasi
organisasi;
• Hubungan
manusiawi.
Dikembangkan oleh Elton Mayo, bahwa motivasi
karyawan adalah unsur krusial dalam peningkatan produktivitas tanpa mengabaikan
aspek lingkungan fisik dan teknik.
4. Model-model Keputusan Kuantitatif
Digunakan untuk menyajikan suatu sistem produktif dalam
model- model matematika, contohnya rumusan EOQ untuk manajemen persediaan,
metode simpleks linear programming.
5. Komputer
Kegiatan operasi memanfaatkan komputer untuk
manajemen persediaan, scheduling produksi, pengawasan kualitas, dan sister
pembiayaan.
18.
Manajeman Laboratorium
Laboratorium
adalah bagian integral dari bidang akademik (bukan bagian dari rumah tangga atau
administrasi), maka manajemen laboratorium perlu direncanakan seiring dengan
perencanaan akademik (program dan anggarannya). Peranan laboratorium sangat
besar dalam menentukan mutu pendidikan karena laboratoriumlah yang menghasilkan
karya-karya ilmiah yang membanggakan, yang tak dapat dihasilkan oleh institusi
lainnya. Sehingga bagi perguruan tinngi yang bermutu, laboratorium menjadi
bagian yang dikedepankan.
Manajemen
laboratorium, dalam hal ini manajemen mutu, harus didesain untuk selalu
memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerjanya, disamping harus
mempertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan manajemennya adalah sumber daya manusia, sarana dan
prasarana dan penggunaan laboratorium.
1.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Seorang
laboran yang bertugas untuk menjaga dan memelihara laboratorium dan mengawasi
jalannya praktikum atau penelitian harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
·
Mengetahui
prosedur yang benar tentang pengoperasian alat dan mampu mengoperasikan semua
peralatan yang ada di laboratorium.
·
Mengetahui
cara-cara penyimpanan bahan-bahan kimia sesuai dengan MSDS (Material Safety
Data Sheet).
·
Mengetahui
sumber-sumber bahaya yang ada di laboratorium dan mampu melakukan pencegahan
terhadap terjadinya kecelakaan di laboratorium.
·
Bertanggung
jawab terhadap stok peralatan dan bahan yang ada di laboratorium.
·
Mampu
membuat larutan standar dan bisa melakukan pengenceran bahan.
2.
Manajemen Sarana Prasarana
Penataan
laboratorium yang meliputi penataan peralatan dan bahan harus teridentifikasi
secara baik. Berikut beberapa kriteria
penataan laboratorium.
·
Almari
(tempat peralatan) harus dilengkapi dengan daftar alat yang tersimpan di
dalamnya.
·
Setiap
wadah bahan kimia harus dilengkapi dengan label karakteristik bahan.
·
·Penempatan
bahan harus terklasifikasi sesuai tingkat bahayanya dan rak penyimpanan
bahandilengkapi dengan label tanda bahaya.
3.
Manajemen Penggunaan Laboratorium
Setiap
penggunaan laboratorium baik untuk praktikum maupun penelitian harus
menyerahkan terlebih dahulu jadwal penggunaannya sehingga tidak terjadi tumpang
tindih jadwal penggunaan laboratorium. Selain itu pengguna laboratorium harus
memakai peralatan laboratorium seperti jas, masker dan sarung tangan (jika
diperlukan) dan mengikuti prosedur peminjaman alat dan permintaan bahan yang
berlaku di laboratorium. Manajemen laboratorium sangat penting untuk
dilaksanakan guna terciptanya laboratorium yang nyaman sehingga produktifitas
laboratorium dapat dipacu.
19.
Manajemen Laba
mendefinisikan
manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease reported net
income at will”. Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha manajemen
untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai
dengan keinginan manajer. Scott (2000) dalam Rahmawati dkk. (2006) membagi cara
pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.
1.
melihatnya sebagai perilaku oportunistik
manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi,
kontrak utang, dan political costs (opportunistic earnings management).
2.
dengan memandang manajemen laba dari
perspektif efficient contracting (efficient earnings management), dimana
manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka
dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer
dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya
dengan membuat perataan laba (income smoothing)dan pertumbuhan laba sepanjang
waktu.
Pengertian
Manajemen Laba menurut ahli
1.
Pengertian
manajemen laba menurut Schipper (1989) dalam Rahmawati dkk. (2006) yang
menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan
tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa
keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari
proses tersebut).
2.
Pengertian
manajemen laba menurut Assih dan Gudono (2000) manajemen labaadalah suatu
proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Addopted Accounting
Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.
3.
Pengertian
manajemen laba menurut Fischer dan Rozenzwig (1995) manajemen labaadalah
tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit
yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan
atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
4.
Pengertian
manajemen laba menurut Healy dan Wallen (1999) manajemen laba terjadi ketika
manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi
untuk mengubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholderstentang
kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan
dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi.
Manajemen
laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan
tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah salah satu
faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba
menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan
keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba
tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000 dalam Rahmawati dkk, 2006).
Manajemen
laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan.
Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang
merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi
laba. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi
data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan
tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap manajemen laba,
menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam keandalan informasi
yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan resiko
portofolionya (Ashari dkk, 1994 dalam Assih, 2004).
Faktor-faktor
pendorong manajemen laba
Dalam
Positif Accounting Theory terdapat tiga faktor pendorong yang melatarbelakangi
terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:
1. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen
akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang
tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan laba lebih
banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2. Debt Covenant Hypothesis
Manajer
perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih
metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994 dalam
Rahmawati dkk, (2006). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan
pihak eksternal.
3. Political Cost Hypothesis
Semakin
besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih
metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba
yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya: mengenakan
peraturan antitrust,menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.