Pengertian Kepemimpinan
Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut
penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak,
ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah
Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan
dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah
pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang
sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang
berbeda.
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu;
karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan
kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya
berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki
seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan
"pemimpin".
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan
dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan
di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.
(Kartini Kartono, 1994 : 181).
Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi
"LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya.
Sedangkan makna LEAD adalah :
· Loyality
Seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan
kerjanya dan
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
· Educate
Seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan
mewariskan
tacit knowledge pada rekan-rekannya.
· Advice
Memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
· Discipline
Memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan
kedisiplinan
dalam setiap aktivitasnya.
Tugas Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin
adalah:
1. Pemimpin
bekerja dengan orang lain :
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk
bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya,
staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar
organisasi.
2. Pemimpin
adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas):
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas
menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik.
Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin
menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas :
Proses kepemimpinan
dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas
dengan mendahulukan
prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus
dapat mendelegasikan tugas-
tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur
waktu secara
efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4. Pemimpin harus
berpikir secara analitis dan konseptual :
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis
dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat.
Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan
kaitannya dengan pekerjaan lain.
5. Manajer adalah
forcing mediator :
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh
karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin
adalah politisi dan diplomat:
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan
kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim
atau organisasinya.
7. Pemimpin
membuat keputusan yang sulit :
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran huhungan
antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh,
pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran
informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat
keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi,
dan negosiator.
Kriteria Seorang Pemimpin
Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya
memenuhi beberapa kriteria,yaitu :
1. Pengaruh :
Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang
yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh ini
menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang
dikatakan sang
pemimpin. John C. Maxwell, penulis buku-buku kepemimpinan
pernah berkata:
Leadership is Influence (Kepemimpinan adalah soal pengaruh).
Mother Teresa dan Lady Diana adalah contoh kriteria seorang pemimpin yang punya
pengaruh.
2.
Kekuasaan/power :
Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia
memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai
keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin,
tentunya tidak ada orang yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan/kekuatan yang
dimiliki sang pemimpin ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang
dimiliki sang pemimpin, tanpa itu mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan
ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, dimana kedua belah
pihak sama-sama saling diuntungkan.
3. Wewenang :
Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk fnenetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu
hal/kebijakan. Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada bawahan oleh
pimpinan apabila sang pemimpin percaya bahwa bawahan tersebut mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, sehingga bawahan diberi
kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari sang pemimpin.
4. Pengikut :
Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaaan/power,
dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki
pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa
yang dikatakan sang pemimpin. Tanpa adanya pengikut maka pemimpin tidak akan
ada. Pemimpin dan pengikut adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan tidak
dapat berdiri sendiri.
Pemimpin Sejati
Empat Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1. Visioner:
Punyai tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa
para pengikutnya. Tujuan Hidup Anda adalah Poros Hidup Anda. Andy Stanley dalam
bukunya Visioneering, melihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas,
kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya menjalankan
sebuah kepemimpinan.
2. Sukses
Bersama:
Membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses
bersamanya.
Pemimpin sejati bukanlah mencari sukses atau keuntungan
hanya bag) dirinya sendiri,
namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk
mendorong orang-orang yang dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan
bersama.
3. Mau Terus
Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continuous):
Banyak hal yang harus dipela ari oleh seorang pemimpin jika
ia mau terus survive sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya
hati yang mau diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari
pengalaman-diri dan orang-orang lain adalah penting bagi seorang Pemimpin.
Memperlengkapi diri dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga
bergaul akrab dengan para Pemimpin akan mendorong Skill kepemimpinan akan
meningkat.
4. Mempersiapkan
Calon-calon Pemimpin Masa depan:
Pemimpin Sejati bukanlah orang yang hanya menikmati dan melaksanakan
kepemimpinannya seorang diri bagi generasi atau saat dia memimpin saja. Namun,
lebih dari itu, dia adalah seorang yang visioner yang mempersiapkan pemimpin
berikutnya untuk regenerasi di masa depan. Pemimpin yang mempersiapkan pemimpin
berikutnya barulah dapat disebut seorang Pemimpin Sejati. Di bidang apapun
dalam berbagai aspek kehidupan ini, seorang Pemimpin sejati pasti dikatakan
Sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.
Persyaratan Pemimpin
Di dalam Islam seorang pemimpin haruslah mempunyai sifat:
1. S1DDIQ artinya
jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan
2. FATHONAH
artinya jerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan professional
3. AMANAH artinya
dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel
4. TABLIGH
artinya senantiasa menyammpaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan
apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif.
Di dalam Alkitab peminipin harus mempunya sifat dasar :
1. Bertanggung jawab,
2. Berorientasi pada sasaran,
3. Tegas,
4. Cakap,
5. Bertumbuh,
6. Memberi Teladan,
7. Dapat membangkitkan semangat,
8. Jujur,
9. Setia,
10. Murah hati,
11. Rendah hati,
12. Efisien,
13. Memperhatikan,
14. Mampu berkomunikasi,
15. Dapat mempersatukan, serta
16. Dapat mengajak.
Pada ajaran Budha di kenal dengan DASA RAJA DHAMMA yang
terdiri dari :
1. DHANA (suka
menolong, tidak kikir dan ramah tamah),
2. SILA
(bermoralitas tinggi),
3. PARICAGA
Imengorban segala sesuatu demi rakyat),
4. AJJAVA (jujur
dan bersih),
5. MADDAVA (ramah
tamah dan sopan santun),
6. TAPA
(sederhana dalam penghidupan),
7. AKKHODA (bebas
dari kebencian dan permusuhan),
8. AVIHIMSA
(tanpa kekerasan)
9. KHANTI
(sabar, rendah hati, dan pemaaf),
10. AVIRODHA (tidak menentang
dan tidak menghalang-halangi).
Pada ajaran Hindu, falsafah kepemimpinan dijelaskan dengan
istilah-istilah:
1. PANCA STITI
DHARMENG PRABHU yang artinya lima ajaran seorang pemimpin,
2. CATUR
KOTAMANING NREPATI yang artinya empat sifat utama seorang pemimpin
3. ASTA BRATlA
yang artinya delapan sifat mulia para dewa,
4. CATUR NAYA
SANDHI yang artinya empat tindakan seorang pemimpin, Dalam
Catur Naya Shandi pemimpin harus mempunyai sifat yaitu :
a. SAMA /dapat
menandingi kekuatan musuh
b. BHEDA /dapat
melaksanakan tata tertib dan disiplin kerja
c. DHANA /dapat
mengutamakan sandang dan papan untuk rakyat
d. DANDHA / dapat
menghukum dengan adil mereka yang bersalah.
Trait Theory (Keith Davis)
Ciri Utama Pemimpin Yang Berhasil :
a. Intelegensia
b. Kematangan
Sosial
c. Inner
Motivation
d. Human Relation
Attitude
Ciri-Ciri Pemimpin Sukses ( Stogdill; 1974)
a. Adaptable To
Situations
b. Alert To
Social Environment
c. Ambitious And
Achievement Oriented
d. Assertive
e. Cooperative
f. Decisive
g. Dependable
h. Dominant
(Desire To Influence Others)
i. Energetic
(High Activity Level)
j. Persistent
k. Self-Confident
l. Tolerant Of Stress
m. Willing To
Assujne Responsibility
Skills Pemimpin Sukses (Stogdill; 1974)
a. Clever
b. Conceptually
Skilled
c. Creative
d. Diplomatic And
Tactful
e. Fluent In
Speaking
f. Knowledgeable
About Group Task
g. Organized
(Administrative Ability)
h. Persuasive
i. Socially
Skilled
Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang
sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas
untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins
(2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk
mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan
adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian,
termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka
meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin,
serta merasa tidak terpaksa.
Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa
unsur pokok antara lain:
1. Kepemimpinan
melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat
pemimpin dan anggotanya berinteraksi,
2. Di dalam
kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh
pemimpin, dan
3. Adanya tujuan
bersama yang harus dicapai.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Beberapa pendapat ahli mengenai Kepemimipinan :
1. Menurut John
Piffner, Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan
mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu
tujuan yang dikehendaki
(H. Abu Ahmadi, 1999:124-125)
2. Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui
proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
3. Kepemimpinan
adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti Kepemimpinan) pada kerjasama
dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan
(Jacobs & Jacques, 1990, 281)
4. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan,
proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat
sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
(Slamet, 2002: 29)
5. Kepemimpinan
adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
(Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7)
6. Kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk
mencapai adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung
melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 29)
7. Kepemimpinan
adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123).
8. Kepemimpinan
adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk
didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan
yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta
merasa tidak terpaksa.
( Ngalim Purwanto ,1991:26)
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku Aeseorang atau
sekelompok orang untuk meneapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara
pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama,
baik dengan cara mempengafuhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari
sini dapat dipahami bahwa tugas utatna seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan
program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu
melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk
ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang posetif
dalam usaha mencapai tujuan.
Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian
kepemimpinan:
1. Pendayagunaan
Pengaruh
2. Hubungan Antar
Manusia
3. Proses
Komunikasi dan
4. Pencapaian
Suatu Tujuan.
Unsur-Unsur Mendasar
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari defmisi-defmisi
yang dikemukakan di atas, adalah:
1. Kemampuan
mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan).
2. Kemampuan
mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok.
3. Adanya unsur
kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Model-Model Kepemimpinan
Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership
skills) yang dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para
peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan, dari tahun 1900-an hingga tahun
1950-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin
(leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat
periode tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak
(trait) atau kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya
tentang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada
masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin.
Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah
laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif. Untuk memahami
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para pemimpin yang
efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency model).
Dengan model kontingensi tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara
watak pribadi, variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin.
Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an dan
1980-an, sekali lagi memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik individual
para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan organisasi
yang mereka pimpin. Hasil-hasil penelitian pada periode tahun 1970-an dan
1980-an mengarah kepada kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah
persoalan yang sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal
tersebut disadari sebagai komponen organisasi yang sangat komplek.
Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam studi
kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini
dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin.
Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang
dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi.
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran
ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur.
a. Model Watak
Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal
mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin,
seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan
berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain
(Bass 1960, Stogdill 1974).
Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori
faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas,
prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian
banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara
pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung
dengan hasil-hasil studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah
faktor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial para
pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk
mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang
baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara
karakteristik watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi
tingkat signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970).
Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa "leadership is a
relation that exists between persons in a social situation, and that persons
who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in other
situation" (Stogdill 1970). Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor
situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan. Kegagalan studi-studi tentang kepimpinan pada
periode awal ini, yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang jelas
antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan, membuat para peneliti untuk
mencari faktor-faktor lain (selain faktor watak), seperti misalnya faktor
situasi, yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik
antara pemimpin dan pengikut.
b. Model
Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model
watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu
kemampuan kepemimpinan. Studi tentang kepemimpinan situasional mencoba
mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu
utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas
organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek
kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak
kepribadian pemimpin.
Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih
menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya.
Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap
sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang
dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik
situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan
Miskel (1987), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang
mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural
properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi
(organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics)
dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Kajian model
kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan
dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai
karena model ini tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership
skills) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.
c. Model
Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang
tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif.
Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu
struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration).
Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin
mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan
kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para
pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai
sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai
sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan
seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang
mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga
dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi
dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations).
Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa
tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi
terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang efektif
adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur,
dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya,
saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara ringkas,
model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif
adalah pemimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia
sekaligus dalam organisasinya.
d. Model
Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada
kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan
variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi
bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka
model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni
pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan
watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model
kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin
terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya
kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of
the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi
keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin
dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan
kekuatan posisi (position power).
Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai
sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan
bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai
sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai
sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci
dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan
atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam
organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari
tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai
sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan
hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).Model
kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin
ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik
situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan
dalam 4 kelompok: supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap
kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat), directive
leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur
dan petunjuk yang ada), participative leadership (konsultasi dengan bawahan
dalam pengambilan keputusan) dan achievement-oriented leadership (menentukan
tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang
memuaskan).
MenurutPath-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat
menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para
bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan
dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih
sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan
dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi
yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi,
tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.
e. Model
Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang
relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu
penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional.
Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model
kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model
kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas
birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada
hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu
dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu,
pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas
organisasi.
Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab
mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian
penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa
model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin
perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih
dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu
mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan
bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.Hater dan Bass
(1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational leadership involve
strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of
the future, or goingbeyond the self-interest exchange of rewards for
compliance". Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin
yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa
organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harusmempunyai
kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta
mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa
yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin
transformasional harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas
mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang
lebih besar.
Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin
transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik,
menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti
yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin
transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi
maupun pada tingkat individu.
Dalam buku mereka yang berjudul "Improving
Organizational Effectiveness through Transformational Leadership", Bass
dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai
empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang
pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang
pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya
mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. Dimensi yang kedua disebut
sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini,
pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan,
mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu
menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan
optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation
(stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan
ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan
yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari
pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi
individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai
seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan
bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan
pengembangan karir. Walaupun penelitian mengenai model transformasional ini
termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat
dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan
praktisi manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional
merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik
pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996). Konsep kepemimpinan transformasional ini
mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan watak
(trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga konsep kepemimpinan
transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang
dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (seperti misalnya Weber 1947) dan
ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978).
Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep
kepimimpinan yang mirip dengan kepemimpinan transformasional sebagai
kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang mempunyai visi
(visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun
fenomenafenomana kepemimpinan yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut
lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya. Bryman (1992) menyebut
kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new leadership),
sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos
(breakthrough leadership).
Disebut sebagai penerobos karena pemimpim semacam ini
mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar
terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali
(reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan
organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur,
proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan
cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan
mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap
tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya
perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka
dalam mencapai hasil-hasil yang diinginkannya. Pemimpin penerobos mempunyai
pemikiran yang metanoiac, dan dengan bekal pemikiran ini sang pemimpin mampu
menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan Praktekorganisasi yang
sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan. Metanoia berasaldari kata
Yunani meta yang berarti perubahan, dan nous/noos yang berarti pikiran.
Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang makin nyata,
kondisi di berbagai pasar dunia makin ditandai dengan kompetisi yang sangat
tinggi (hyper-competition). Tiap keunggulan daya saing perusahaan yang terlibat
dalam permainan global (global game) menjadi bersifat sementara (transitory).
Oleh karena itu, perusahaan sebagai pemain dalam permainan global harus terus
menerus mentransformasi seluruh aspek manajemen internal perusahaan agar selalu
relevan dengan kondisi persaingan baru.
Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin
yang tepat dan yang mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi,
produktifitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya saing dalam dunia yang
lebih bersaing.
Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada
prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang
belajar seumur hidup : Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga
diluar sekolah. Contohnya, beJajar melalui membaca, menulis, observasi, dan
mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber
belajar.
2. Berorientasi
pada pelayanan : Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip
pemimpjn dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam
memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang
baik.
3. Membawa energi
yang positif : Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi
yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan
orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.
Seorang pemimpin hams dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan
kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin haras dapat
menunjukkan energi yang positif, seperti;
a. Percaya pada
orang lain :
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk
staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan
mempertahankan
pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus
diikuti dengan
kepedulian.
b. Keseimbangan
dalam kehidupan :
Seorang pemimpin haras dapat menyeimbangkan tugasnya.
Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan
keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan
rekreasi.
Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia
dan akherat.
c. Melihat
kehidupan sebagai tantangan :
Kata 'tantangan' sering diinterpretasikan negatif. Dalam hal
ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala
konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan,
mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung
pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan
kebebasan.
d. Sinergi :
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan
satu katalis perubahan, Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan
lainnya. Sinergi
adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah
pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah
satu kerja
kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada
bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan
setiap orang,
atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan
mengembangkan diri sendiri :
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri
untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada
proses. Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang
berhubungan dengan:
1. Pemahaman
materi;
2. Memperluas
materi melalui belajar dan pengalaman;
3. Mengajar
materi kepada orang lain;
4.
Mengaplikasikan prinsip-prinsip;
5. Memonitoring
hasil;
6. Merefleksikan
kepada hasil;
7. Menambahkan
pengetahuan baru yang diperlukan materi;
8. Pemahaman
baru; dan
Kembali menjadi diri sendiri lagi.
PENDEKATAN-PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan,
yaitu :
1. Pendekatan
pertama bahwa kepemimpinan itu tumbuh dari bakat
2. Pendekatan
kedua kepemimpinan tumbuh dari perilaku. Kedua pendekatan diatas berasumsi
bahwa seseorang yang memiliki bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku
yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok ( organisasi )
apapun yang ia masuki.
3. Pendekatan
yang ketiga bersandar pada pandangan situasi ( situasionar perspective )
pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin.
Efektifitas pemimpin bervareasi menurut situasi tugas yang harus diselesaikan,
keterampilan dan pengharapan bawahan lingkungan organisasi dan pengalaman masa
lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin
berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan
pendekatan kontingensi yang menentukan efektifitas situasi gaya pemimpin.
Pendekatan Sifat Kepemimpinan
Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin itu
dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran
“Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun-temurun bahwa pemimpin
dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan
belajar/latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan
dalam garis turun-temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian
kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang
termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa. Kemudian timbul
teori baru yaitu “Physical Characteristic Theory” (teori dari Fisik). Kemudian
timbul lagi bahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga setiap
orang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Para ahli umumnya memiliki
pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan
semacam ini dinamakan pendekatan sifat.
Sifat-sifat kepemompinan itu mencangkup :
1. Pengetahuan
2. Kecerdasan
3. Imajinasi
4. Kepercayaan
diri
5. Integrasi
6. Kepandaian
berbicara
7. Pengendalian
dan keseimbangan mental dan emosional
8. Pergaulan
sosial dan persahabatan
9. Dorongan
10. Antusiasme, dan
11. Keberanian
Adapun sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki seorang
pemimpin yaitu:
1. Bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Cakap, cerdik
dan jujur
3. Sehat jasmani
dan rohani
4. Tegas, berani,
disiplin dan efisien
5. Bijaksana dan
manusiawi
6. Berilmu
7. Bersemangat
tinggi
8. Berjiwa matang
dan berkemauan keras
9. mempunyai
motivasi kerja tinggi
10. Mampu berbuat
adil
11. Mampu membuat
rencana dan keputusan
12. Memiliki rasa
tanggung jawab yang besar
13. Mendahulukan
kepentingan orang lain.
Pendekatan perilaku Kepemimpinan
Pendekatan perilaku adalah : keberhasilan atau kegagalan
pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang
bersangkutan.
Dalam pendekatan perilaku ini secara berturut-turut akan
diuraikan beberapa gaya kepemimpinan, antara lain :
Studi kepemimpinan Universitas Iowa
Studi kepemimpinan Universitas Ohio
Studi kepemimpinan Universitas Michigan
Menegerial grid
Empat system managemen
Teori x dan teori y
1. Menurut IOWA kepemimpinan ada 3, yaitu :
Kepemimpinan gaya otoriter ( Agarwal )
Kepemimpinan gaya demokratis ( Herbert G. Hiks dan Ray C.
Gullett )
Kepemimpinan gaya liberal ( C. G. Brown )
2. Menurut OHIO kepemimpinan ada 2, yaitu:
Kepemimpinan menurut struktur tugasnya
Kepemimpinan menurut tenggang rasa
3. Menurut MICHIGAN kepemimpinan ada 2, yaitu:
Kepemimpinan terpusat pada pekerjaan
Kepemimpinan terpusat pada pegawai
4. Menurut "Managerial Gird" kepemimpinan ada
2,yaitu:
Kepemimpinan yang perhatiannya terpusat pada produksi
Kepemimpinan yang perhatiannya teerpusat pada orang
5. Empat Sistem Manajemen perilaku pemimpinan ada 2, yaitu:
Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
Kepemimpinan yang berorientasi pada orang
Menurut Rensis Likert gaya kepemimpinan terbagi atas 4 macam,
yaitu :
Otokratis pemerasan
Otokratis bijak
Kepemimpinan konsultasi
Kepemimpinan peran serta kelompok
6. Teori X dan Y
Teori X dan Teori Y dari Mc Gregor
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu
perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada
orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku
The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan
memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x
atau teori y.
A. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah
makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan
dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil
untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan
hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam
serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
B. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat
manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu
terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian
serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki
kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan
prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan
segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan
ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan
penciptaan struktur. Teori Z dapat anda baca di artikel lain di situs
organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk menemukan apa
yang anda butuhkan.
Sumber :
http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com/2009/03/pengertian-pemimpin-dalam-bahasa.html
http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2009/03/pengertian-kepemimpinan-leadership.html
http://rnurinaramadhani.blogspot.com/2011/01/pengarahan-dan-pengembangan-organisasi_09.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=-%09pendekatan%20sifat-sifat%20kepemimpinan&source=web&cd=7&ved=0CE0QFjAG&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpenelitian%2FSaliman%2C%2520Drs.%2520M.Pd.%2FKEPEMIMPINAN%2520ADMINISTRATIF.pdf&ei=vv4IT_miG8LqrQeSwYzUDw&usg=AFQjCNETVSsVhESVJFGtfxBUTto0jYV19w&sig2=ST9EJRWFFjknAa2mqcm6yw&cad=rja
http://www.scribd.com/doc/57201280/11/B-Pendekatan-sifat-sifat-kepemimpinan-dan-perilaku-kepemimpinan
http://kik59.tripod.com/KARYA.htm
http://organisasi.org/definisi-pengertian-teori-perilaku-teori-x-dan-teori-y-x-y-behavior-theory-douglas-mcgregor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.