Arti dan Peranan Pengawasan Produksi
Setiap pimpinan perusahaan mengemban tanggung jawab untuk
melaksanakan rencana dan tujuan perusahaan dimana ia bekerja sesuai dengan
kedudukan, bidang, dan wewenang yang diperoleh. Jadi dalam melaksanakannya
seorang manajer harus dapat memahami manajemen dengan baik. Sehubungan dengan
itu penulis ingin memberikan definisi manajemen menurut Jamees A.F. Stoner dan
Charles Wenkel (1992 : 4) sebagai berikut :
Manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya
anggota organisasi dan proses penggunaan semua lain-lain sumber daya organisasi
untuk tercapainya tujuan organisasi yan telah ditetapkan.
Adapun
tujuan perusahaan secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berproduksi
dengan sukses.
2. Berproduksi
dengan ekonomis.
3. Berproduksi
dengan dapat menyelesaikan pembuatan barang atau jasa tepat pada waktunya.
4. Berproduksi
dengan harapan memperoleh keuntungan.
Salah satu proses operasional yang penting dalam aspek
produksi untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut adalah dengan pengawasan
produksi (production control).
Pengawasan tidak dapat diadakan tanpa adanya perencanaan, sebaliknya
perencanaan dapat dilakukan tanpa pengawasan. Hanya dalam hal yang disebut
terakhir maka pelaksanaan rencana yang telah digariskan tidak dapat dijamin.
Pengawasan berusaha untuk memberikan agar pelaksanaan rencana itu sesuai dengan
apa yang telah ditentukan.
Dimuka telah dinyatakan bahwa pengawasan
tidak dapat dipisahkan dari rencana atau tujuan tertentu, maka dalam pengawasan
perlu diketahui :
1. Tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Cara menilai
atau mengukur aktivitas yang dijalankan.
3. Cara membandingkan
aktivitas dengan pedoman yang telah ditentukan.
4. Cara untuk
mengadakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi agar
tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai.
Dalam suatu kegitan produksi di suatu perusahaan mungkin saja
terjadi penyimpangan atau kesalahan dari apa yang diharapkan atau direncanakan
sebelummnya. Dengan adanya pengawasan produksi maka dapat dicari sebab-sebab
timbulnya penyimpangan, berapa besar penyimpangan dan kesalahan tersebut dan
kemungkinan-kemungkinan untuk memperkecil dan menghindari serta mencari
kemungkinan tentang dasar-dasar perbaikan atas penyimpangan-penyimpangan
tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan pengawasan menurut George R.
Terry (1980 : 23) adalah
mengukur pelaksanaan
dengan tujuan-tujuan , menentukan sebab-sebab
penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu.
Definisi lain mengenai pengawasan antara lain menurut Sofjan
Assauri (1980 ;120), pengawasan adalah
kegiatan pemeriksaan
dan pengendalian atau memastikan apakah kegiatan produksi dapat mencapai hasil
yang memuaskan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Pengawasan produksi merupakan kegiatan yang terdiri dari
sekumpulan prosedur yang dengan baik digariskan bertujuan mengkoordinasikan
semua unsur-unsur dalam proses produksi, manusia, mesin, alat-alat (tools) dan
material kedalam arus yang lancar untuk dapat menghasilkan outpit (product)
dengan kemungkinan sedikit sedikit sekli interruption, dalam waktu yang secepat
mungkin dan dengan pengorbanan biaya yang sekecil-kecilnya.
Sedangkan menurut Harsono (1984 ; 87) dinyatakan bahwa :
pengawasan produksi
tidak semata-mata dimaksudkan untuk mengawasi produk yang jadi, tetapi
pengawasan dimulai sejak dari persediaan bahan mentah sampai barang jadi.
Pengawasan
produksi dapat dikatakan menyerupai tata kerja otak manusia mengawasi tata
persyaratan di dalam tubuh. Demikian pula pengawasan produksi yang mengatur
kegiatan manufacturing sehingga schedule yang telah ditetapkan dapat dicapai
dengan efisien.
Menurut
Cloude S. George (1991 ; 263) pengawasan produksi adalah mempercepat dan
mengawasi pekerjaan melalui suatu pabrik, hingga pekerjaan bergerak dari satu
departemen ke departemen lain secara sistematis tanpa adanya kelambatan dengan
kemacetan-kemacetan yang minimum.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pengawasan produksi merupakan suatu kegiatan
pengawasan yang dimulai sejak penyediaan bahan mentah sampai barang jadi
bertujuan mengkoordinasikan semua unsur-unsur dalam proses produksi
untuk dapat
menghasilkan produk dalam waktu yang tepat dan ongkos yag minimum.
Perusahaan
yang melaksanakan fungsi pengawasan produksi ini akan memperoleh beberapa
keuntungan antara lain :
1. Dapat membantu
tercapainya operasi produksi yang efisien.
2. Membantu
merencanakan prosedur pengerjaan yang kacau dan sembarangan menjadi lebih
sederhana.
3. Tercapainya
kegiatan yang dibutuhkan pada titik yang minimum, sehingga dapat dilakukan
penghematan dalam penggunaan tenaga kerja dan bahan.
Jadi pengawasan produksi membantu pelaksanaan operasi
produksi agar lebih efisien dan lancar dengan biaya yang minimal pada tingkat
hsil tertentu.
Untuk
menjaga ketepatan waktu penyerahan dan kegiatan operasi yang ekonomis, maka banyak
manajer mengadakan suatu pengawasan produksi dan memberinya tanggung jawab
untuk mengetahui keadaan seluruh pesanan dalam pabrik dan mengkoordinasi sluruh
aspek-aspek pengerjaannya dari saat diterimanya pesanan itu sampai siap untuk
diserahkan pada langganan.
Secara umum tujuan dari pengawasan produksi adalah :
1. Acceptance
good, yang berarti bahwa pengawasan produksi menghendaki agar pabrik dapat
memproduksi barang yang diterima oleh konsumen, baik kualitas maupun kuantitas,
yang berarti selera konsumen akan terpenuhi.
2. On time,
artinya pengawasan produksi menghendaki agar pelaksanaan ktivitas produksinya
dapat dilakukan tepat pada waktunya. Secara praktis pelaksanaan aktivitas produksi yang
tepat ini akan memberikan jaminan adanya penyerahan produk pada konsumen dengan
tepat.
3. Economically,
yaitu pembuatan barang oleh perusahaan harus ekonomis, ini berarti akan
menimbulkan konsekuensi bagi perusahaan agar dapat mengalokasikan biaya-biaya
produksinya secara seimbang dan efisien.
Dalam pengawasan produksi empat fungsi utama yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Routing
Yaitu fungsi yang menentukan dan mengatur urutan-urutan
operasi yang akan dilalui, dimulai dari bahan hingga barang itu selesai
dikerjakan menjadi barang jadi. Routing ini merupakan dasar dari fungsi
scheduling dan dispatching.
2. Schedule
Merupakan usaha menentukan urut-urutan operasi yan akan
dilalui, sehingga dapat dilakukan pengalokasian bahan baku, bahan pembantu
serta fasilitas lainnya dan kapan pekerjaan-pekerjaan itu harus selesai.
3. Dispatching
Yaitu pemberian perintah-perintah kepada para pekerja yang
telah ditentukan untuk mengerjakan aktivitas tertentu. Perintah-perintah ini
berasal dari order set yang telah disusun sebelumnya.
4. Follow-up
Follow-up merupakan fungsi penelitian dan pengecekan
terhadap semua aspek yang mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi.
Jenis-Jenis Pengawasan Produksi
Kita mengenal beberapa jenis pengawasan yang mempunyai
perbedaan-perbedaan nyata. Menurut Sofjan Assauri (1980 ; 156) jenis-jenis
pengawasan tersebut antara lain :
1. Pengawasan
Pesanan (Order Control)
Pengawasan pesanan biasanya digunakan dalam proses produksi
terputus-putus (intermittent procces). Tujuan utama pengawasan pesanan adalah
mengerjakan dan menyelesaikan suatu pesanan tertentu. Seluruh pekerjaan terdiri
dari kumpulan pekerjaan, merupakan suatu pesanan. Pesanan ini dapat dari
pembeli atau bagian yang mengurus persediaan.
Jadi yang dimaksud dengan order kontrol yaitu pengawasan
produksi yang dilakukan terhadap produk yang dikerjakan sehingga produk
tersebut sesuai dengan keinginan pemesan, baik mengenai bentuk, jenis dan
kualitasnya
2. Pengawasan
Arus (Flow Control)
Pengawasan arus yaitu pengawasan produksi yang dilaukan
terhadap arus kerja, sehingga dapat menjamin kelancaran proses pengerjaan.
Jenis pengawasan ini digunakan dalam produksi yang terus
menerus dalam pabrik. Tujuan utama pengawasan ini adalah mengusahakan agar
tercapai tingkat hasil yang konstan setiap jamnya.
Setelah
diketahui pada hakekatnya jenis produksi yang ada dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu jenis produksi persediaan dan jenis produksi pesanan maka jika
dihubungkan dengan fungsi-fungsi perencanaan dan pemgawasan produksi dapat
dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa fungsi
perencanaan merupakan prioritas utama yang perlu dilaksanakan dalam jenis
produksi untuk persediaan, disusul dengan fungsi follow-up, sedangkan fungsi-fungsi
routing, schedule, dan dispatching secara otomatis akan mengikuti karena
jalannya produksi sudah tertentu, hal-hal yang perlu dikerjakan secara implisit
sudah tersirat dalam proses sehingga tak perlu di skedul dan dikeluarkan
perintah-perintah lagi.
2. Fungsi
routing, terutama identifikasi kegiatan, waktu kegiatan, serta urut-urutan
kegiatan, persiapan bahan, alat dan personalia merupakan fungsi prima yang
perlu ditanggulanggi segera setelah pesanan diterima, disusul dengan kecepatan
dan ketepatan membuat skedu-skedul, pemberian perintah-perintah, tergantung
pada jenis-jenis pekerjaan serta follow-up. Adapun fungsi perencanan percuma
saja dilakukan selama pesanan-pesanan tak dapat diperkirakan terlebih dahulu
datangnya baik jumlah, jenis dan waktunya.
Penentuan Standarisasi Produk
Untuk menentukan jumlah produksi yang akan dilaksanakan,
maka salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah production standard,
yaitu suatu ukuran yang menjadi patokan atau pegangan dalam melaksanakan
kegiatan produksi.
Secara umum type standard menurut Agus ahyari (1981 :
221-222) akan dapat menjadi dua bagian :
1. Technical
Standard
Merupakan standar yang berhubungan dengan proses produksi
perusahaan misalnya standar bahan baku, standar tenaga kerja dan sebagainya.
2. Managerial
Standard
Merupakan standar yang berhubungan dengan proses
administrasi perusahaan, seperti kebijaksanaan perusahaan, prosedur personalia,
sistem akuntansi dan lain sebagainya.
Dalam manajemen produksi yang akan dibicarakan lebih mendetail
adalah technical standard, karena type standart ini merupakan type standar yang
berhubungan dengan proses produksi perusahaan.
Dalam penyusunan
standard produksi terdapat berbagai macam standard yang digunakan perusahaan.
Masing-masing jenis standard tersebut berbeda-beda kegunaannya secara langsung,
namun semuanya kan saling berhubungan. Penggunaan suatu jenis standard produksi
akan mempunyai kaitan dengan jenis standard produksi lainnya. Disamping itu
masing-masing jenis standard produksi ini akan saling melengkapi, sehingga
penggunaan salah satu jenis standar saja tanpa memperhatikan yang lain akan
mengurangi manfaat dari penggunaan standar itu sendiri. Jenis-jenis standar
produksi tersebut adalah :
1. Standar bahan
baku
2. Standar tenaga
kerja
3. Standar
peralatan produksi
4. Standar
bentuk, warna dan ukuran
5. Standar
kualitas
Untuk melaksanakan kelima hal tersebut diatas maka
diperlikan suatu peramalan produksi (production forecasting). Ramalam produksi
ini dibuat dengan alasan adanya pandapatan yang rendah, adanya kemungkinan
subsidi, persediaan
barang yang berlimpah atau kemungkinan “under production”.
Semuanya perlu dihindari.. Pada hakekatnya tujuan production forecasting adalah :
1. Sebagai dasar
pembuatan anggaran.
2. Meminimumkan
fasilitas pabrik sebaik-baiknya untuk memproduksi jenis produk dalam jumlah
yang optimal.
3. Meminimumkan
persediaan barang jadi.
4. Meminimumkan
investasi modal pada peralatan-peralatan.
5. Menstabilkan
kesempatan kerja sehingga tidak terdapat pertentangan antara manajemen dengan
karyawan.
Oleh karena itu banyak faktor yang perklu diperhatikan dalam
usaha mengadakan production forecasting dan planing ini, menurut Harsono (1977
; 2) yaitu :
1. Faktor extern,
terdiri dari :
a. Keadaan dunia
usaha pada umumnya.
b. Keadaan khusus
misalnya fluktuasi sekuler pengaruh pertambahan penduduk, kenaikan/penurunan
taraf hidup, fluktuasi musiman, siklus random, persaingan, produk yang dijual
(barang mentah atau kosumsi), saluran distribusu, peraturan pemerintah dan
lain-lain.
2. Faktor intern,
terdir dari :
a. Fasilitas
produksi.
b. Lama waktu
melakukan kegiatan.
c. Lama waktu
yang dapat ditoleransi bila ada hambatan.
Teknik Pengawasan Kualitas Secara Statistik
Dalam dunia industri, kualitas atau mutu barang yang
dihasilkan merupakan faktor yang sangat penting. Barang yang dihasilkan antara
lain ditentukan kualitasnya ditentukan pada pengukuran ataupun penilaiian
karakteristik-kateristuk tertentu. Hasil pengukuran yang dipakai untuk
penentuan kualitas barang nilainya berubah-ubah dari produk yang satu keproduk
yang lainnya meskipun kondisi proses produksi dapat diusahakan bersama. Dengan
demikian timbulah variasi kualitas.
Ditinjau
dari statistik, ada dua macam variasi kualitas yang dikenal, yaitu :
1. Bersifat
probabilistik, yaitu variasi yang terjadi secara kebetulan dan tak dapat
dielakan. Dalam variasi kualitas ini dapat dikatakan bahwa proses berjalan
dalam kontrol.
2. Bersifat
eratik, yaitu variasi yang terjadi tidak menentu karena timbulnya penyebab tak
wajar. Variasi ini menunjukkan bahwa proses berjalan diluar kontrol, maka harus
ditemukan penyebabnya, proses dihentikan dan diperbaiki supaya terjadi proses
dalam kontrol.
Untuk dapat melakukan hal-hal tersebut diatas, maka perlu
diadakan pengontrolan kualitas. Tehnik pengawasan kualitas secara statistik
dikelompokkan dalam :
1. Metode Control
Chart
a. Untuk
mengukur rata-rata
b. Untuk mengukur variable
c. Untuk
mengukur attribute
‘
2. Metode
Acceptance Sampling
a. Kurva
Operating Characteristic (OC)
b. Average
Outgoing Quality Level (AOQL)
Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ilmiah ini
dalah metode control chart untuk mengukur attribute, dengan penggolongan
dilakukan atas dua kategori atau mungkin lebih, diperlukan diagram kontrol
tersendiri jika ingin melakukan pengontrolan kualitas terhadap produk tersebut.
Dalam hal ini penulis menggolongkan produk yang dihasilkan kedalam salah satu
kategori dari dua kategori, yaitu rusak atau baik. Menurut Sudjana (1996 ;
432-433) ini berarti berhadapan dengan populasi vans berdistribusi binom.
Jika proporsi rusak dari distribusi binom besarnya diketahui
dan sama dengan p, maka diagram kontrol dengan dua simpangan baku untuk
proporsi p dapat dibentuk oleh garis-garis :
Sentral = p
UCL = p + 2 √ p q
n
LCL = p + 2√ p q
n
Dengan n =
ukuran tiap sample yang telah diambil, p = rata-rata untuk proporsi barang
rusak dalam tiap sample, q = 1 – p
Hal-hal
yang mempengaruhi tingkat pengawasa mutu yang dilakukan tergantung pada
faktor-faktor berikut ini :
1. Kemampuan
proses
Batas-batas yang ingin kita capai haruslah disesuaikan
dengan kemampuan proses yang ada. Tidak akan ada gunanya kita mengawasi suatu
proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan proses yang ada.
2. Spesifikasi
yang berlaku
Spesifikasi dari hasil produksi yang ingin dicapai harus
dapat berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses tadi dan keinginan
atatu kebutuhan konsumen. Dalam hal ini harus dapat dipastikan dulu apakah
spesifikasi yang ditentukan tersebut dapat berlaku dari kedua sisi yang dapat
disebutkan, sebelim pengawasan mutu pada proses dapat dimulai.
3. Apkiran/Scrap
yang dapat diterima
Tujuan mengawasi suatu proses adalah untuk mengurangi
bahan-bahan dibawah standar, bahan-bahan yang terbuang atau bahan-bahan apkiran
menjadi seminimal mungkin. Tingkat pengawasan yang dilakukan tergantung
banyaknya bahan-bahan yang berada dibawah standar atau apkiran (scrap) yang
dapat diterima. Banyaknya produk yang rusak yang dapat diterima harus
ditentukan dan disetujiu sebelumnya.
4. Ekonomisnya
kegiatan produksi
Ekonomis atau efisiennya suatu kegiatan produksi tergantung
pada seluruh proses-proses yang ada didalamnya. Suatu barang yang sama dapat
dihasilkan dengan biaya-biaya produksi yang berbeda, dan dengan jumlah
barang-barang apkiran yang berbeda. Tidaklah selalu ekonomis untuk memilih
proses dengan
jumlahbarang apkiran
yang sedikit, karena biaya untuk pengerjaan (processing cost ) lebih lanjut
mungkin akan lebih mahal.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Produk
Dalam menjalankan proses produksi setiap perusahaan akan
selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang itu berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan mutu produksi. Oleh karena itu
diperlukan perhatian dan pertimbangan yang cukup terhadap faktor-faktor
produksi yang merupakan pembentuk mutu. Faktor-faktor tersebut menurut Eiji
Ogawa (1984 : 234-238) adalah :
1. Manusia (Man)
Keberadaan manusia sebagai faktor yang sangat penting karena
manusia adalah pelaksana dari semua faktor produksi yang ada. Sukses tidaknya
pengawasan mutu tergantung pada manusia yang terlibat dalam kegiatan produksi,
sehingga pemebrian motivasi yang baik dan benar akan meningkatkan proses
produksi yang dijalankan oleh para karyawan.
2. Mesin dan
peralatan (Machines)
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
pada dasarnya adalah untuk membantu meringankan tugas manusia dalam menjalankan
aktivitasnya, sehingga dapat menghemat baik waktu, tenaga maupun biaya tetapi
produk yang dihasilkan bermutu baik karena mesin dan peralatannya sudah
distandarisasi. Dengan demikian baik buruknya mesin dan peralatan yang
digunakan akan mempengaruhi efisiensi produksi perusahaan.
3. Manajemen
(Management)
Manajemen merupakan salah satu faktor yang penting karena
dalam manjemen itulah manusia atau tenaga kerja direncanakan, diarahkan dan
dikendalikan ke arah penciptaan suatu produk yang sesuai dengan standar
kualitas. Keadaan ini memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan serta
meningkatkan mutu dari produk yang dihasilkan.
4. Uang (Money)
Tinggi rendahnya biaya pengawasan mutu dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya biya yang dikeluarkan dalam proses produksi pada umumnya dan
pengawasan mutu pada khususnya.
5. Metode
(Method)
Suatu perusahaan harus mampu memanfaatkan secara efektif dan
efisien terhadap tenaga kerja, mesin dan biaya dalam rangka memproduksi barang
yang sesuai dengan keiginan dan selera konsumen. Untuk itu pihak manajemen akan
selalu mengubah metode kerja, sehingga tercapai efesiensi produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.